Silaturrahim Presidium IKA GMNI Ke Al Zaytun: Kagum akan Kemandirian dan Visi Pendidikan
INDRAMAYU-JAYA NEWS.COM – Hari Sabtu, 4 Oktober 2025, menjadi hari istimewa bagi jajaran Ikatan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Ketua Presidium, Iwan Hendrawan bersama Bendahara, Oman Sulaksono memimpin rombongan dalam kunjungan ke Pusat Pendidikan Al Zaytun di Indramayu. Mereka ditemani oleh perwakilan Koordinator Cabang Cirebon Raya, Imam Sibaweh dan Egy Baharudin, serta tim dari Bidang Advokasi dan Perlindungan TKI.
Kunjungan ini disambut hangat oleh Ali Aminulloh, di resto Wisma Tamu Al Ishlah. Setelah perbincangan awal yang akrab, rombongan diajak untuk melihat langsung denyut nadi pendidikan di kampus tersebut. Perjalanan dimulai dari sekretariat pendidikan, tempat Ali Aminulloh menjelaskan secara rinci tentang tata letak kampus, visi misi yang diemban, kurikulum yang diterapkan, hingga agenda harian yang padat bagi para santri. Ini adalah langkah awal yang membuka wawasan tentang filosofi pendidikan yang dianut Al Zaytun.
Inovasi Gen-Z: Laut dan Sawah dalam Satu Visi Pendidikan
Bagian paling memukau dari kunjungan ini adalah saat rombongan menyambangi workshop pelajar untuk bidang ekstra kurikuler perkapalan dan pertanian. Di sana, para pelajar setingkat Aliyah (SMA) bukan hanya belajar teori, melainkan langsung praktik merakit kapal kayu
Yang membuat rombongan GMNI terkesan adalah kedalaman wawasan para pelajar. Ketika ditanya mengapa memilih bidang perkapalan, jawaban mereka begitu mencengangkan. Mereka melihat potensi kelautan Indonesia yang maha besar, namun belum optimal termanfaatkan.
“Sudah saatnya anak muda tampil, mencintai, dan memanfaatkan lautnya untuk kesejahteraan rakyat Indonesia,” tegas salah seorang pelajar.
Kemandirian serupa juga terlihat di bidang pertanian. Para santri di ekstra kurikuler ini menjelaskan alur produksi pertanian yang runut, bahkan hasil panennya dapat langsung dikonsumsi oleh seluruh santri.
Pengalaman ini menyadarkan Iwan Hendrawan dan rombongan bahwa generasi Z (Gen-Z), jika diarahkan dengan benar, akan tumbuh mencintai profesi kelautan dan pertanian sebagai masa depan bangsa.
Menggali Pemikiran Sang Proklamator: Diskusi dengan Syaykh
Setelah meninjau berbagai fasilitas industri pangan terpadu—mulai dari rumah pemotongan ayam modern dengan ABF hingga Istana Beras yang ditenagai sekam—kunjungan mencapai puncaknya. Rombongan berkesempatan bertemu langsung dengan Syaykh Al Zaytun dan diterima dengan penuh keakraban di ruang khas Masjid Rahmatan Lil Alamin.
Pertemuan ini menjadi momen tak terduga yang sarat makna. Diskusi tidak hanya berpusat pada pendidikan, melainkan meluas ke pemikiran kebangsaan Bung Karno. Secara khusus, Syaykh mengupas tuntas isi buku monumental Di Bawah Bendera Revolusi. Iwan Hendrawan terkejut sekaligus merasa malu, karena Syaykh ternyata sangat menguasai buku tersebut dan mengaku telah membacanya sejak usia sangat belia, bahkan mungkin lebih menguasai daripada anak ideologis Bung Karno sendiri.
Pada kesempatan itu, Imam Sibaweh menanyakan tentang “Madzhab Bung Karno.” Syaykh menjelaskan bahwa madzhab yang dimaksud Bung Karno sama sekali tidak berkaitan dengan paham keagamaan atau aliran fikih, melainkan merujuk pada cara berpikir atau filosofi kebangsaan. Filosofi ini mencakup prinsip-prinsip fundamental seperti keharusan bangsa untuk berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) dan menumbuhkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Pertemuan ini menegaskan bahwa visi pendidikan di Al Zaytun memiliki akar yang kuat pada ideologi dan filosofi kebangsaan Indonesia.
Epilog: Pendidikan Membangun Kemandirian Fisik dan Pemikiran
Kunjungan presidium Ika GMNI ini bukan sekadar silaturahmi, melainkan sebuah penemuan akan model pendidikan yang berorientasi pada kemandirian, teknologi, dan pemanfaatan potensi lokal, yang juga ditopang oleh fondasi ideologi kebangsaan yang kokoh. Mulai dari visi maritim yang kuat, sistem pangan terintegrasi, hingga pengelolaan limbah, Al Zaytun berhasil menunjukkan bahwa pendidikan vokasi dan keterampilan praktis yang ditanamkan sejak dini mampu melahirkan generasi muda yang tak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga visioner dan problem solver yang siap berkontribusi nyata bagi ketahanan pangan dan kemandirian bangsa.
Pertemuan yang mengupas tuntas pemikiran Bung Karno dengan Syaykh seolah menjadi penutup yang sempurna, menegaskan bahwa kemandirian fisik dan kematangan ideologi harus berjalan beriringan. Ini adalah kisah tentang visi yang terwujud dalam praktik, sebuah inspirasi bagi lembaga pendidikan di seluruh Indonesia.**
Dr.Ali Aminulloh, M.Pd.I., ME
——