PKBM Al-Zaytun: Lomba 17 Agustus-an Membangun Cinta Negeri

PKBM AL-Zaytun: Lomba 17 Agustus-an Membangun Cinta Negeri

Oleh: Ali Aminuloh


​Lomba-lomba 17-an selalu menjadi magnet yang menyatukan masyarakat di seluruh penjuru Indonesia. Dari gang sempit hingga lapangan luas, kemeriahan tak pernah absen. Sorak sorai penonton mengiringi setiap gerakan peserta yang berjuang, menciptakan euforia yang tak terbantahkan. Momen ini bagaikan cermin, memantulkan keceriaan, kebersamaan, dan terkadang, kekonyolan yang justru menjadi daya tarik utama.
​Namun, di balik tawa dan kegembiraan, ada pertanyaan yang mengganjal: apakah esensi perayaan kemerdekaan telah bergeser? Lomba-lomba populer seperti panjat pinang, balap karung, atau makan kerupuk memang ikonik. Tapi, jika dicermati lebih dalam, beberapa lomba justru mengabaikan nilai-nilai yang seharusnya dijunjung tinggi. Ada lomba yang secara tak sadar merendahkan martabat manusia, seperti panjat pinang yang mengharuskan peserta menginjak bahu atau kepala orang lain demi hadiah di puncak. Begitu pula dengan lomba-lomba lain yang memaksa peserta mengotori wajah dengan oli atau tepung demi uang receh, atau bahkan memperagakan gerakan tak pantas di muka umum. Bukannya menumbuhkan rasa bangga dan kebersamaan, lomba-lomba semacam ini malah menimbulkan keraguan akan makna sebenarnya dari perayaan kemerdekaan.

​Menanamkan Nilai Kebangsaan dalam Lomba Agustusan

​Perayaan 17 Agustus seharusnya menjadi momentum untuk merenung dan menanamkan kembali nilai-nilai luhur kebangsaan. Hal ini rupanya disadari betul oleh PKBM Al Zaytun, yang mengadakan serangkaian lomba dalam rangka memperingati HUT ke-80 RI. Lomba yang mereka gelar tidak hanya berfokus pada hiburan, melainkan juga sarat makna edukasi dan kreativitas.
​Lomba-lomba yang diadakan di sana seperti cerdas cermat, cipta lagu dan puisi, lomba senam, paduan suara, hingga lomba dan pameran produk kreativitas warga belajar, dirancang untuk membangun kebersamaan, kecerdasan, dan semangat nasionalisme. Peserta tidak hanya berkompetisi, tetapi juga diajak untuk mengeksplorasi bakat seni dan pemahaman mereka tentang wawasan kebangsaan. Ini adalah contoh nyata bagaimana perayaan kemerdekaan bisa menjadi wadah untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air dan budaya hidup sehat, seperti yang diungkapkan oleh Hartono, S.Pd. Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya menyenangkan, tetapi juga meninggalkan jejak positif dalam diri setiap individu.

​Epilog: Lomba Menumbukan Kebersamaan, Kreativitas dan Kebanggaan kepada Negeri

​Peringatan Hari Kemerdekaan adalah perayaan atas jasa para pahlawan yang telah berkorban demi kehormatan dan martabat bangsa. Lomba-lomba Agustusan bukan sekadar ajang adu cepat atau adu kuat. Lebih dari itu, ia adalah cerminan dari semangat kolektif sebuah bangsa.
​Mari kita jadikan momentum ini untuk merayakan kemerdekaan dengan cara yang lebih bermakna. Biarlah lomba-lomba yang kita selenggarakan tidak hanya menghadirkan tawa, tetapi juga menumbuhkan rasa persatuan, kreativitas, dan rasa bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Karena sesungguhnya, kemerdekaan sejati adalah ketika kita mampu menjunjung tinggi kehormatan, tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi sesama.*


Indramayu, 20 Agustus 2025

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!