Tamak, Rakus dan Kemaruk, Menjual Jabatan dan Tugas Mulia Amanah Rakyat Tiada Rasa Malu dan Dosa


Tamak, Rakus dan Kemaruk, Menjual Jabatan dan Tugas Mulia Amanah Rakyat Tiada Rasa Malu dan Dosa

Penulis : Jacob Ereste
Wartawan Lepas


Ketika suara Tuhan tak lagi didengar di bumi, maka langit mulai menegur dengan halilintar dan guntur yang menggelegar hingga membelah bumi. Air pun ditumpahkan dari langit untuk mencuci bumi yang kotor. Bahkan gempa membangunkan bagi mereka yang abai pada suara Tuhan, hingga manusia sepakat untuk memviralkan agar kembali terbaca oleh langit. Maka itu, saatnya akan tiba bagi mereka yang terkutuk mendapat azab yang tak lagi tersurat di lubuk hati.

Duit Pertamina yang menguap, harta dari penjarahan hutan dan tambang, hingga uang haji yang ditilep bahkan bantuan sosial untuk rakyat miskin yang dilahap sendiri, seperti uang pajak yang didulang dari keringat rakyat, mereka tekan sampai perutnya nyaris meledak dengan berbagai penyakit yang mulai merongrong dirinya beserta anak serta istri yang harus menanggung dosa yang tak terampuni itu. Sebab dera dan derita rakyat sudah mentok sampai untuk sekedar membeli beras dan minyak goreng yang dijadikan permainan untuk kesenangan dirinya sendiri.

Lalu birokrat dan politisi hingga pemangku negeri ini pun ambil peran dan kesempatan memanfaatkan jabatan dan kuasanya untuk bermain di sela lorong korupsi yang semakin mulus dan terbuka, seperti jalan tol untuk warga negara kelas satu. Hingga berpesta ria dalam perbudakan yang sepenuhnya dikuasai oleh bangsa asing. Maka tragika warga pribumi yang mati tanpa bisa dibalut oleh kain kapan pun, menjadi kisah yang dianggap gaib dan muskil.

Tak hanya sekedar sertifikat dan ijazah yang dimanipulasi, tapi sumpah dan janji yang telah diikrarkan dihadapan Tuhan pun sekedar menjadi basa basi yang dianggap telah basi. Maka itu pada saatnya — meski tidak sekarang sangat hidup di bumi — kelak pasti akan dibawa mati sampai akhirat yang tidak pernah bisa mereka percayai. Sebab azab dan kutukan rakyat miskin yang papa dan lemah, memang hanya bisa melawan untuk tidak menyerah. Meski akan selalu kalah dan dikalahkan, seperti di pengadilan yang penuh rekayasa serta drama untuk sekedar menjadi pemantas pertunjukan yang dianggap perlu untuk dipertontonkan. Meski semuanya palsu dan menipu, hanya demi segepok uang guna memenuhi hasrat dan birahi hewani. Tamak, rakus dan kemaruk.**


Tanjung Pasir, 22 November 2025
——-

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!